BlogBugar, Nasehat bagi para atlet untuk berpantang seks pada malam sebelum pertandingan sebenarnya sudah ada sejak masa Yunani kuno. Kendati begitu, anjuran tersebut masih terus diadopsi oleh atlet dan pelatih profesional sampai sekarang.
Sebagai contoh, petinju legendaris Muhammad Ali mengaku tidak melakukan hubungan seks selama 6 minggu ketika sedang mempersiapkan pertarungan besar. Sementara itu, pada ajang sepakbola Piala Dunia 1998, pelatih Inggris Glenn Hoddle juga melarang skuadnya untuk tidak berhubungan seks selama kejuaraan tersebut berlangsung.
Bahkan seorang pelari top dunia asal Amerika Serikat, Marty Liquori, pernah mengatakan, "Seks membuat Anda bahagia. Orang-orang yang bahagia tidak akan dapat berlari 3,47 mil."
Para ahli mengatakan, anggapan bahwa seks dapat memperburuk performa saat bertanding hanyalah sebuah mitos yang belum dieksplorasi sepenuhnya. Sebagian besar penelitian selama ini melihat hubungan tersebut lebih pada dampak fisiologis dan sejauh ini belum ada penelitian yang menemukan bahwa seks dapat mengurangi kekuatan fisik, kekuatan atau daya tahan.
"Ketika kami menguji orang-orang di laboratorium, kita memeriksa 'tes performa' tapi dalam kompetisi, di mana efek psikologi memainkan peran yang sangat penting," kata Ian Shrier, seorang profesor di Universitas McGill, Kanada.
"Mereka yang mengklaim bahwa seks dapat menurunkan kinerja biasanya mengatakan hal itu karena ada penurunan fokus, agresi atau ketegangan. Tidak ada studi yang telah meneliti ini," tambahnya.
Kajian Riset
Sebuah analisis ilmiah mengenai masalah ini yang dipublikasikan dalam Clinical Journal of Sport Medicine mengungkapkan, seks pada malam sebelum kompetisi tidak berpengaruh pada hasil pengujian fisiologis.
Dalam risetnya, peneliti melibatkan 14 mantan atlet pria sudah menikah yang diberi latihan kekuatan di pagi hari setelah bercinta malam sebelumnya. Pengujian yang sama juga dilakukan setelah minimal 6 hari tanpa seks. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan dan ketahanan otot tidak meregang akibat aktivitas seks di malam sebelumnya.
Tindak lanjut dari studi ini kemudian kembali dilakukan oleh para peneliti di Colorado State University dengan melibatkan 10 pria bugar sudah menikah berusia antara 18 dan 45 tahun. Mereka kemudian diminta melakukan serangkaian tes untuk mengukur kekuatan genggaman, keseimbangan, pergerakan lateral, reaksi, kekuatan aerobik, dan VO2 max (mengukur efisiensi oksigen). Hasil menunjukkan bahwa seks sama sekali tidak memberikan pengaruh yang berarti.
Studi lainnya yang dilakukan pada tahun 1995 juga menunjukkan, berhubungan seks 12 jam sebelum tes kebugaran tidak memiliki efek signifikan pada kekuatan aerobik maksimal dan tekanan darah.
Martin Milton, seorang ahli dalam psikologi psikoterapi dan konseling di University of Surrey, mengatakan efek seks akan sangat tergantung pada siapa yang melakukannya, seberapa sering, untuk berapa lama dan dengan cara bagaimana.
"Kalau seks di malam hari dilakukan dalam waktu yang panjang, maka jelas atlet tersebut tidak akan cukup tidur atau istirahat dan pikiran mereka tidak akan fokus pada pekerjaan," katanya.
"Jadi mungkin permasalahnya adalah apakah terlibat dalam hubungan seks yang singkat akan merugikan kinerja seseorang," jelasnya.
Sumber: health.kompas.com